Minggu, 07 Juni 2015

JAJANAN MASA KECIL YANG HAMPIR PUNAH


Saya menyebut makanan tersebut “Terang Bulan”, jajanan favorit sewaktu saya masih duduk dibangku TK sampai SD. Hampir setiap istirahat saya selalu membeli jajanan tersebut, karna rasanya yang manis dan bikin kenyang perut. Hehe…
Makanan yang sederhana sih, semacam adonan tepung yang dibentuk bulat diatasnya dikasih gula halus, susu coklat dan mesis coklat. Walaupun sering sakit gigi karna rasa manisnya tapi ga ada kapoknya kalau udah makan bikin ketagihan pengen nambah terus. Dulu sih, harga seperempat dari satu bulatnya masih 500,-
Tidak hanya di Sekolah, di Rumah pun juga ada penjual keliling “Terang Bulan” sewaktu saya masih kecil dulu. Sekarang udah jarang banget yang jualan, hampir ga ada malah L terakhir tahun lalu bisa ngrasain jajan itu, di Manahan tepatnya. Waktu hari minggu pagi jalan-jalan sama kakak, ternyata harganya masih murah Cuma 3000,- satu bulatnya. sempet ngrasa seneng banget bisa ngrasain jajanan masa kecil. Jadi kaya nostalgia waktu masih TK gitu. Pengen banget jajanan itu ada lagi kaya waktu kecil dulu, gampang kalau mau beli karna banyak yang jualan. Ga kaya sekarang yang sulit banget ketemu  penjual “Terang Bulan”



Senin, 09 Maret 2015

Dewasa Karena Keadaan



Muhammad Abdul Halim, lahir di Surakarta, 28 April 2000. Dia sekarang berusia 15 tahun dan sudah duduk di kelas 3 SMP di Palembang. Kalian bisa memanggilnya Halim, Halim adalah keponakanku dari kakakku yang pertama. Sebelumnya, Halim bersekolah dari TK hingga SD di Solo. Namun seusai lulus SD, Halim harus pindah ke Palembang untuk menyusul orang tuanya agar bisa hidup bersama-sama. 

2 tahun setelah itu, Ibu Halim mengalami sakit Ginjal yang mengharuskan Ibunya kembali ke Solo bersama Bapak dan Adiknya. Dan Halim harus melanjutkan sekolahnya tanpa orang tua yang mendampinginya.

 
Pada awalnya Halim adalah seorang anak yang manja, cengeng, penakut, pemalas dan masih banyak lagi. Namun karena keadaan Halim mengkondisikan dirinya sebagai pribadi yang lebih mandiri dan dewasa diusianya yang masih tergolong anak-anak. Padahal anak-anak seusianya masih gemar-gemarnya bersenang-senang dengan teman-teman dan mendapat kasih sayang atau perhatian lebih dari orang tua.

Halim sekarang mulai menikmati kehidupannya yang mandiri tanpa bergantung pada orang tua. Berusaha untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa harus meminta dan menunggu orang tua mengirim uang untuknya.




Dia membantu Pamannya yang punya usaha Sound System, dari membantu Pamannya dia mendapat upah yang akhirnya digunakan untuk kehidupan sehari-hari termasuk biaya sekolah dan uang saku.

"Belajar yang rajin ya sayang, cepet lulus terus balik Solo," keinginan yang selalu di ucapkan orang tuanya.